Proyek Lift Kaca Pantai Kelingking Bali Dihentikan Sementara, Ini Deretan Masalah dan Kontroversinya
baliutama.web.id Proyek lift kaca di Pantai Kelingking, Nusa Penida, menjadi bahan perbincangan hangat publik. Awalnya, proyek ini bertujuan memudahkan wisatawan turun ke pantai. Namun, pembangunan tersebut menuai kritik karena dianggap melanggar aturan dan berisiko terhadap lingkungan.
Pantai Kelingking terkenal dengan tebing tinggi dan pemandangan laut biru yang memukau. Keaslian alam inilah yang membuatnya menjadi ikon wisata Bali. Pembangunan lift kaca di tebing setinggi 182 meter ini dinilai mengubah karakter alami kawasan tersebut.
Kontroversi meningkat setelah Pansus Tata Ruang, Aset, dan Perizinan (TRAP) DPRD Bali turun langsung ke lokasi. Hasil pengecekan lapangan menunjukkan adanya pelanggaran terhadap Undang-Undang Penataan Ruang. Akibatnya, proyek yang dikerjakan oleh PT Bangun Nusa Properti itu dihentikan sementara.
Pelanggaran Tata Ruang dan Risiko Lokasi
Ketua Pansus TRAP, I Made Supartha, menjelaskan bahwa proyek tersebut berdiri di kawasan mitigasi bencana. Lokasi itu rawan longsor dan gempa, sehingga tidak cocok untuk pembangunan struktur besar. Ia menegaskan, proyek tersebut seharusnya tidak dilanjutkan tanpa kajian keamanan mendalam.
Selain masalah lokasi, desain bangunan juga disorot. Struktur besi dan kaca dinilai tidak sesuai dengan nilai arsitektur Bali. Banyak pihak menilai tampilan proyek terlalu modern dan mengganggu pemandangan alami Pantai Kelingking.
Pelanggaran juga ditemukan pada sisi perizinan. Izin awal yang dikeluarkan pemerintah daerah hanya untuk pemanfaatan tebing. Namun, pihak pengembang membangun infrastruktur permanen berskala besar. Fakta ini menimbulkan dugaan bahwa proses pengawasan proyek tidak berjalan dengan baik.
Pemerintah Bertindak Tegas
Menanggapi temuan tersebut, Satpol PP Bali segera mengambil langkah. Kepala Satpol PP, I Dewa Nyoman Dharmadi, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menghentikan seluruh aktivitas proyek. Garis pengaman Pol PP Line kini terpasang di sekitar area pembangunan dan peralatan berat.
Dharmadi menyebut, material besi dan sistem pondasi yang digunakan berisiko tinggi. Jika tidak dikaji ulang, konstruksi setinggi itu bisa membahayakan pengunjung. Selain itu, izin proyek tidak mencakup pembangunan vertikal berskala besar di kawasan sempadan pantai, yang termasuk zona perlindungan alam.
Ia menegaskan, proyek ini bisa saja ditutup permanen bila terbukti melanggar aturan tata ruang dan lingkungan. Pemerintah tidak ingin risiko keselamatan dan kerusakan alam meningkat akibat proyek yang tidak sesuai izin.
Reaksi Masyarakat dan Pemerhati Lingkungan
Masyarakat Bali, terutama warga Nusa Penida, ikut menolak pembangunan lift kaca. Banyak yang menilai proyek ini hanya menguntungkan investor dan mengorbankan keindahan alam.
Pemerhati lingkungan menyebut proyek tersebut tidak ramah ekosistem. Struktur baja dan beton yang menempel di tebing bisa merusak lapisan tanah dan mengganggu habitat satwa. Selain itu, proses pembangunan juga berpotensi memicu longsor di musim hujan.
Gelombang kritik juga muncul di media sosial. Video yang memperlihatkan rangka besi menjulang di tebing Pantai Kelingking viral dan menuai ribuan komentar. Banyak pengguna menyebut proyek itu merusak ikon alam Bali yang selama ini dikenal eksotis dan alami.
Argumen Pihak Pro dan Kontra
Meski mendapat banyak penolakan, ada juga pihak yang mendukung proyek ini. Beberapa warga menilai lift kaca bisa mempermudah wisatawan lansia dan anak-anak mengunjungi pantai tanpa harus menuruni tangga curam.
Pihak pengembang juga berpendapat bahwa proyek ini dapat meningkatkan ekonomi lokal. Akses wisata yang lebih mudah diharapkan mendongkrak jumlah kunjungan dan membuka lapangan kerja baru.
Namun, para penentang berargumen bahwa keuntungan ekonomi tidak sebanding dengan risiko lingkungan dan kehilangan nilai budaya. Mereka menilai ada banyak cara lain untuk mengembangkan pariwisata tanpa harus mengubah alam secara ekstrem.
Pelajaran Penting dari Kontroversi Ini
Kasus proyek lift kaca Kelingking mengingatkan bahwa pembangunan wisata harus sejalan dengan pelestarian alam. Pemerintah, investor, dan masyarakat perlu bekerja sama agar pengembangan destinasi tetap berkelanjutan.
Pakar tata ruang menilai proyek di kawasan alam sensitif seperti tebing seharusnya melalui kajian AMDAL menyeluruh. Kajian ini memastikan bahwa semua aspek—keamanan, lingkungan, dan sosial—dipertimbangkan sebelum izin diterbitkan.
Selain itu, transparansi publik juga penting. Warga berhak mengetahui detail proyek, termasuk siapa pengembangnya dan bagaimana dampaknya terhadap lingkungan sekitar. Keterlibatan masyarakat dapat mencegah munculnya konflik seperti yang terjadi di Pantai Kelingking.
Kesimpulan
Penghentian sementara proyek lift kaca Pantai Kelingking menjadi langkah penting pemerintah dalam menjaga kelestarian alam Bali. Temuan pelanggaran izin, risiko keamanan, dan ketidaksesuaian arsitektur memperlihatkan bahwa proyek wisata modern tidak selalu sejalan dengan nilai lokal.
Keindahan Bali terletak pada keseimbangan antara alam dan budaya. Jika pembangunan dilakukan tanpa perencanaan matang, keaslian itu bisa hilang selamanya. Dengan pengawasan yang ketat dan kajian yang adil, pariwisata Bali bisa tetap tumbuh tanpa merusak identitasnya.i dunia yang indah tanpa harus mengorbankan jati diri dan keseimbangan alamnya.

Cek Juga Artikel Dari Platform monitorberita.com
