Top 3 Berita Populer Hari Ini: Umrah dan Visa Arab Saudi
baliutama – Tiga berita terpopuler hari ini datang dari sektor keagamaan dan kebijakan luar negeri Arab Saudi yang menjadi sorotan publik Indonesia. Mulai dari peningkatan jumlah jemaah umrah asal Tanah Air, aturan baru visa wisata ke Arab Saudi, hingga kerja sama digitalisasi pelayanan haji dan umrah antara kedua negara. Berikut rangkumannya.
- Jumlah Jemaah Umrah Indonesia Tembus 1,3 Juta Orang
Kementerian Agama (Kemenag) melaporkan bahwa sepanjang tahun 2025, jumlah jemaah umrah asal Indonesia mencapai 1,3 juta orang, menjadikan Indonesia sebagai pengirim jemaah umrah terbesar di dunia. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibanding tahun sebelumnya yang hanya 980 ribu orang.
Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim menyebutkan, kenaikan ini dipicu oleh kebijakan baru Arab Saudi yang memperluas kuota dan mempermudah proses visa elektronik. “Akses digital memudahkan masyarakat untuk mendaftar dan mendapatkan visa dengan cepat, bahkan tanpa harus melalui biro perjalanan,” ujarnya, Selasa (7/10).
Namun, Kemenag tetap mengimbau calon jemaah agar berhati-hati terhadap biro perjalanan ilegal yang menawarkan paket murah tanpa izin resmi. Kasus penipuan umrah online masih sering ditemukan, terutama menjelang musim puncak keberangkatan. Pemerintah berjanji akan memperketat pengawasan dan menindak tegas penyelenggara yang tidak memiliki izin operasional.
- Arab Saudi Permudah Aturan Visa Multi-Entry untuk Wisata Religi
Kebijakan baru pemerintah Arab Saudi juga menarik perhatian besar. Mulai bulan ini, visa multi-entry berlaku bagi wisatawan dari 60 negara, termasuk Indonesia. Visa tersebut memungkinkan pemegangnya untuk tinggal hingga 90 hari per kunjungan dan dapat digunakan untuk umrah, wisata religi, hingga kunjungan bisnis ringan.
Langkah ini merupakan bagian dari visi besar Saudi Vision 2030 yang bertujuan meningkatkan sektor pariwisata dan membuka akses yang lebih inklusif bagi umat Muslim di seluruh dunia. “Kami ingin membuat Makkah dan Madinah lebih terbuka, bukan hanya bagi jemaah haji dan umrah, tapi juga bagi wisatawan yang ingin mengenal sejarah Islam lebih dalam,” ungkap Fahd Al-Rasheed, juru bicara Kementerian Pariwisata Saudi.
Kebijakan ini juga dianggap sebagai langkah strategis dalam memperkuat hubungan bilateral dengan Indonesia, salah satu negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia. Peningkatan konektivitas penerbangan dan kerja sama transportasi udara turut mendorong arus wisata religi yang lebih besar.
- Digitalisasi Pelayanan Haji dan Umrah Dipercepat
Berita populer lainnya datang dari hasil pertemuan antara Kementerian Agama RI dan Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi di Riyadh pekan lalu. Kedua pihak sepakat mempercepat digitalisasi pelayanan haji dan umrah, termasuk sistem pelaporan, kesehatan jemaah, dan pemantauan visa elektronik secara real time.
Menag Yaqut Cholil Qoumas menyebut bahwa kerja sama ini akan menjadi tonggak baru dalam penyelenggaraan ibadah umrah yang lebih aman dan transparan. “Kami ingin memastikan seluruh jemaah Indonesia mendapatkan layanan terbaik, mulai dari keberangkatan, selama ibadah, hingga kembali ke Tanah Air,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, pemerintah akan meluncurkan aplikasi “Satu Umrah”, platform digital terintegrasi yang memungkinkan jemaah mengecek status visa, akomodasi, serta kesehatan mereka selama berada di Tanah Suci. Sistem ini juga akan terhubung langsung dengan otoritas Saudi untuk memastikan keamanan dan kenyamanan seluruh jemaah.
- Antusiasme Masyarakat Terus Meningkat
Seiring membaiknya hubungan bilateral dan kemudahan regulasi, minat masyarakat Indonesia untuk berangkat ke Tanah Suci terus meningkat. Maskapai penerbangan seperti Garuda Indonesia dan Saudia Airlines melaporkan lonjakan pemesanan tiket hingga 30 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
“Tren ini bukan hanya soal ibadah, tapi juga pengalaman spiritual dan wisata religi yang makin mudah diakses,” kata Andri Naufal, pengamat industri pariwisata religi.
- Harapan dan Tantangan ke Depan
Meski banyak kemudahan, tantangan utama yang dihadapi pemerintah Indonesia adalah menjaga kualitas layanan dan keamanan jemaah. Kasus penipuan, gagal berangkat, hingga ketidaksesuaian fasilitas masih kerap terjadi akibat lemahnya pengawasan di lapangan.
Kemenag berjanji memperkuat sistem Siskopatuh (Sistem Komputerisasi Pengelolaan Terpadu Umrah dan Haji Khusus) agar setiap jemaah dapat terlindungi secara administratif. “Kami ingin masyarakat bisa beribadah dengan tenang tanpa khawatir,” tegas Arfi Hatim.
Dengan kebijakan visa yang lebih longgar, digitalisasi layanan, dan kerja sama bilateral yang semakin kuat, Arab Saudi dan Indonesia tengah memasuki babak baru dalam pelayanan ibadah dan wisata religi. Tren positif ini menunjukkan bahwa akses menuju Tanah Suci kini semakin terbuka — membawa harapan besar bagi jutaan umat Muslim di Indonesia.
