Seminar Hilirisasi Bandeng Dorong Ekosistem Akuakultur Bali
baliutama.web.id Gerakan Bandeng Bali (GBB) menggelar Seminar Hilirisasi Bandeng di Kabupaten Buleleng. Acara ini diinisiasi oleh Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) DPD Bali, Himpunan Pembudidaya Ikan Laut Indonesia (HIPILINDO), serta Perhimpunan Pembudidaya Perikanan Pantai Buleleng (P4B).
Dengan tema “Membangun Ekosistem Bandeng Premium dan Bandeng Umpan untuk Industri Perikanan Indonesia”, acara ini mempertemukan akademisi, pelaku usaha, investor, asosiasi perikanan, dan pemerintah daerah. Forum ini menjadi ruang penting untuk mendorong penguatan sektor perikanan Bali, khususnya dalam rantai nilai bandeng dari hulu ke hilir.
Buleleng Jadi Sentra Produksi Bandeng Nasional
Wakil Bupati Buleleng, Gede Supriatna, membuka acara dengan semangat tinggi. Ia menyebut Buleleng sebagai salah satu penghasil benih bandeng terbesar di Indonesia. Produksi tahunan wilayah ini mencapai miliaran ekor benih atau nener, yang tak hanya memenuhi kebutuhan nasional tetapi juga mendukung ekspor ke berbagai negara.
Menurut Gede, potensi besar ini tidak boleh berhenti di tahap pembenihan. Pemerintah daerah perlu mendorong sektor hilir agar bandeng tak hanya dikenal sebagai benih, tetapi juga menjadi produk konsumsi dan bahan baku industri perikanan yang bernilai tinggi.
“Kita harus memperkuat sektor hilir agar bandeng tidak hanya menjadi benih, tetapi juga produk unggulan yang siap bersaing di pasar global,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya inovasi dan kerja sama lintas sektor. Pemerintah berkomitmen mendukung pembudidaya lokal dan pelaku usaha kecil agar bisa ikut dalam rantai pasok industri bandeng.
Bandeng untuk Program Gizi Nasional
Gede Supriatna mendorong agar produk bandeng lokal bisa masuk ke Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, ikan bandeng kaya omega-3 yang sangat bermanfaat untuk pertumbuhan anak-anak.
“Bandeng punya kandungan omega-3 yang bahkan lebih tinggi dari salmon. Ini bisa jadi bagian penting dari program gizi nasional,” jelasnya.
Ia berharap langkah tersebut mampu meningkatkan konsumsi ikan lokal sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat pesisir. Selain menyehatkan anak bangsa, sektor ini juga akan membuka lapangan kerja dan memperluas pasar bagi produk perikanan Bali.
Sinergi Pemerintah, Akademisi, dan Pelaku Usaha
Ketua Panitia Usama Umar Alhadadi menjelaskan bahwa seminar ini diikuti lebih dari 120 peserta dari berbagai kalangan. Selain sesi diskusi, peserta juga melakukan kunjungan lapangan ke salah satu fasilitas pengolahan ikan di Gerokgak.
Kunjungan tersebut memperlihatkan proses produksi dan pengemasan bandeng, termasuk teknologi pengolahan pasca panen. Usama menilai kegiatan ini penting untuk mempertemukan para pelaku industri dengan pihak akademisi dan pemerintah.
“Seminar ini bertujuan membangun ekosistem hilirisasi bandeng, baik sebagai produk konsumsi maupun sebagai umpan industri perikanan tangkap,” jelasnya.
Menurutnya, dengan riset dan dukungan teknologi, Bali bisa menjadi pusat pengembangan akuakultur nasional yang kompetitif. Diperlukan kolaborasi nyata agar industri bandeng tak hanya fokus pada volume produksi, tetapi juga pada kualitas dan keberlanjutan.
Mendorong Ekonomi Biru
Diskusi juga membahas peluang pengembangan ekonomi biru (blue economy) di Indonesia. Para ahli menilai budidaya bandeng adalah salah satu sektor unggulan yang mampu mendorong pembangunan berkelanjutan di pesisir.
Dengan strategi yang tepat, hilirisasi bandeng bisa menjadi model ekonomi baru di Bali. Pendekatan ini dinilai ramah lingkungan dan tetap menguntungkan masyarakat. Kombinasi inovasi teknologi, riset ilmiah, serta dukungan pasar modern diyakini dapat menciptakan sistem produksi yang efisien dan berkelanjutan.
Perwakilan akademisi menegaskan pentingnya riset berkelanjutan. Mereka menyoroti aspek kualitas air, pakan alami, dan sistem budidaya modern. Teknologi digital seperti sensor kualitas air dan sistem pakan otomatis menjadi kunci untuk efisiensi biaya dan peningkatan hasil panen.
Harapan dan Langkah ke Depan
Para peserta sepakat bahwa keberhasilan hilirisasi bandeng membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Tanpa sinergi antara pemerintah, pembudidaya, akademisi, dan investor, pengembangan industri ini tidak akan maksimal.
Usama Umar menegaskan bahwa dukungan pemerintah daerah menjadi faktor penentu. “Kami ingin Buleleng menjadi pusat pengembangan akuakultur nasional yang berdaya saing global. Potensi sudah ada, tinggal bagaimana kita mengelolanya bersama,” katanya.
Wakil Bupati Gede menambahkan bahwa keberlanjutan menjadi kunci utama. “Budidaya bandeng bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian laut dan keseimbangan ekosistem,” ucapnya.
Dengan pengembangan industri berbasis riset, masyarakat pesisir dapat menikmati hasil ekonomi tanpa merusak lingkungan. Pemerintah Bali menargetkan agar setiap rantai produksi bandeng memiliki nilai tambah yang jelas, dari pembenihan, pengolahan, hingga ekspor.
Menuju Ekosistem Akuakultur Modern
Seminar ini diakhiri dengan komitmen bersama untuk memperkuat ekosistem akuakultur Bali. Para peserta berharap hasil forum ini dapat diterapkan langsung di lapangan melalui proyek percontohan, pendampingan teknologi, dan kemitraan bisnis.
Buleleng diharapkan tidak hanya dikenal sebagai produsen benih bandeng terbesar, tetapi juga sebagai pusat hilirisasi bandeng premium yang mampu menembus pasar internasional. Dengan kolaborasi yang berkelanjutan, Bali dapat menjadi contoh sukses transformasi perikanan menuju ekonomi biru yang berdaya saing dan ramah lingkungan.

Cek Juga Artikel Dari Platform ketapangnews.web.id
