Nasib Proyek Lift Kaca Pantai Kelingking di Tangan Gubernur Bali, Pansus TRAP DPRD Buka Suara
baliutama.web.id Proyek pembangunan lift kaca di Pantai Kelingking, Nusa Penida, Klungkung, Bali, kini menjadi sorotan besar setelah perizinannya resmi dibahas di tingkat pemerintah provinsi. Proyek yang dibangun oleh pihak swasta tersebut kini berada di bawah pengawasan Gubernur Bali Wayan Koster, setelah Panitia Khusus Tata Ruang, Aset, dan Perizinan (Pansus TRAP) DPRD Bali menyerahkan hasil rekomendasi resminya.
Pansus TRAP diketahui telah melakukan serangkaian kajian terhadap aspek tata ruang, lingkungan, dan legalitas proyek yang berada di salah satu destinasi wisata paling ikonik di Bali tersebut. Namun, hasil rekomendasi yang diserahkan bersifat tertutup. Artinya, isi laporan lengkap tidak disampaikan secara publik, memunculkan spekulasi dan rasa penasaran masyarakat.
Pansus DPRD Bali Serahkan Rekomendasi ke Gubernur
Ketua Pansus TRAP DPRD Bali menyatakan bahwa tugas utama mereka adalah menelaah kesesuaian proyek dengan regulasi tata ruang dan izin lingkungan hidup. Setelah melalui serangkaian rapat dan tinjauan lapangan, hasil kajian telah diserahkan secara resmi kepada Gubernur untuk ditindaklanjuti.
“Rekomendasi sudah kami sampaikan secara tertulis. Sekarang tinggal keputusan ada di tangan Gubernur Bali,” ujar salah satu anggota Pansus dalam keterangannya.
Ia menambahkan, pihaknya tidak bisa membuka isi rekomendasi secara detail karena bersifat internal pemerintahan. Namun, DPRD menegaskan bahwa setiap langkah harus mengedepankan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat lokal Nusa Penida.
Kontroversi dan Kekhawatiran Warga Lokal
Proyek lift kaca Pantai Kelingking sejak awal menuai pro dan kontra. Di satu sisi, pembangunan fasilitas ini dianggap dapat mendukung akses wisatawan menuju tebing curam dan pantai yang ikonik. Namun di sisi lain, sejumlah aktivis lingkungan dan warga setempat menilai proyek tersebut bisa mengancam kelestarian alam dan keaslian bentang alam Nusa Penida.
Pantai Kelingking selama ini dikenal karena panorama tebing karangnya yang menyerupai bentuk kepala dinosaurus. Akses menuju pantai cukup ekstrem dan menantang, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan petualang. Pembangunan lift kaca dinilai berpotensi mengubah karakter alami kawasan tersebut dan meningkatkan risiko kerusakan lingkungan.
Beberapa warga bahkan meminta agar pemerintah tidak hanya mempertimbangkan faktor ekonomi, tetapi juga memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung wilayah. Mereka khawatir, lonjakan wisatawan tanpa pengaturan yang matang dapat mempercepat erosi dan merusak keindahan alam yang selama ini menjadi daya tarik utama Nusa Penida.
Pemerintah Provinsi Diminta Transparan
Berbagai organisasi lingkungan dan pemerhati tata ruang di Bali mendesak pemerintah provinsi untuk bersikap transparan dalam proses pengambilan keputusan. Mereka menilai, publik berhak mengetahui isi rekomendasi yang disampaikan oleh DPRD.
Transparansi dianggap penting agar masyarakat memahami dasar keputusan pemerintah, baik jika proyek tersebut dilanjutkan maupun dihentikan. “Pemerintah tidak boleh hanya berpikir jangka pendek. Bali adalah warisan dunia, bukan sekadar tempat investasi,” ujar salah satu aktivis lingkungan dari Denpasar.
Sementara itu, pihak Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (DPMPTSP) Bali menyebut bahwa seluruh izin yang dikeluarkan akan tetap mengikuti regulasi yang berlaku. Mereka juga memastikan bahwa setiap proyek besar di kawasan pesisir harus memiliki kajian Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) sebelum mendapatkan persetujuan akhir.
Pansus TRAP Tegaskan Komitmen pada Tata Ruang
Pansus TRAP DPRD Bali menegaskan bahwa mereka berkomitmen menjaga prinsip tata ruang berkelanjutan. Menurut salah satu anggota pansus, setiap proyek yang melibatkan lahan konservasi atau pesisir harus mendapatkan penilaian menyeluruh.
“Kami ingin pembangunan berjalan, tapi tidak boleh mengorbankan alam dan kearifan lokal. Bali punya nilai spiritual dan budaya yang harus dijaga,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa Pansus TRAP mendorong pemerintah provinsi memperketat pengawasan di kawasan wisata yang tengah berkembang pesat seperti Nusa Penida. Selama lima tahun terakhir, wilayah ini menjadi salah satu destinasi paling populer di Bali, namun juga menghadapi tekanan besar dari aktivitas pariwisata yang meningkat.
Menanti Keputusan Akhir Gubernur
Kini, nasib proyek lift kaca Pantai Kelingking sepenuhnya berada di tangan Gubernur Bali Wayan Koster. Publik menunggu langkah yang akan diambil pemerintah, apakah proyek tersebut akan dilanjutkan, ditunda, atau bahkan dibatalkan.
Jika proyek dilanjutkan, pemerintah harus memastikan seluruh proses sesuai aturan hukum dan tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Namun jika dibatalkan, perlu ada solusi bagi pihak investor yang telah menanamkan modalnya.
Beberapa pengamat menilai, keputusan ini akan menjadi tolok ukur konsistensi pemerintah Bali dalam menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian alam.
Pantai Kelingking dan Masa Depan Pariwisata Bali
Pantai Kelingking telah menjadi simbol wisata alam Bali bagian tenggara. Ribuan wisatawan mancanegara datang setiap bulan untuk menikmati keindahan tebingnya. Namun seiring meningkatnya jumlah pengunjung, muncul tantangan besar terkait pengelolaan sampah, keamanan pengunjung, dan tekanan terhadap lingkungan.
Pemerintah Bali dihadapkan pada dilema antara mempertahankan keaslian alam dengan memenuhi kebutuhan akses wisata modern. Proyek lift kaca bisa menjadi contoh nyata dari tantangan tersebut — apakah pariwisata Bali akan tetap berorientasi pada kearifan lokal dan keberlanjutan, atau berubah menjadi kawasan yang hanya mengejar nilai ekonomi semata.
Warga Nusa Penida berharap keputusan akhir yang diambil nanti benar-benar memperhatikan keberlangsungan hidup masyarakat setempat. Mereka ingin pembangunan dilakukan dengan prinsip “Tri Hita Karana”, keseimbangan antara manusia, alam, dan spiritualitas.
Keputusan Gubernur akan menjadi babak penting dalam arah kebijakan pembangunan Bali ke depan. Apapun hasilnya, publik berharap prosesnya berlangsung transparan, berkeadilan, dan berpihak pada masa depan lingkungan — agar Pantai Kelingking tetap menjadi keajaiban alam yang membanggakan, bukan sekadar lokasi proyek wisata yang kehilangan jiwanya.

Cek Juga Artikel Dari Platform zonamusiktop.com
