Darurat Sawah di Bali, Amran Siap Bertemu Nusron Bahas Alih Fungsi Lahan
baliutama.web.id Isu alih fungsi lahan sawah produktif di Bali kembali menjadi perhatian besar pemerintah pusat. Pulau Dewata yang selama ini identik dengan panorama hijau dan pertanian tradisional kini menghadapi tekanan besar akibat meningkatnya pembangunan. Lahan yang sebelumnya menjadi sumber pangan dan identitas budaya Bali beralih fungsi menjadi kawasan permukiman, villa, ruang komersial, hingga destinasi wisata baru. Situasi ini menimbulkan kekhawatiran karena menyangkut ketahanan pangan jangka panjang bagi masyarakat Bali dan nasional.
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Nusron Wahid, sebelumnya melaporkan bahwa tingkat alih fungsi sawah di Bali berada pada kategori mengkhawatirkan. Sejumlah wilayah yang dulunya dikenal sebagai sentra produksi padi kini semakin menyusut dari tahun ke tahun. Peningkatan tekanan ekonomi, pertumbuhan penduduk, hingga ekspansi industri pariwisata menjadi pendorong utama terjadinya perubahan fungsi lahan.
Respons Cepat Mentan Amran Sulaiman
Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Amran Sulaiman, merespons serius laporan tersebut. Amran menegaskan bahwa dirinya telah langsung menjalin komunikasi dengan Nusron Wahid untuk membahas langkah-langkah penyelamatan lahan sawah di Bali. Ia memastikan bahwa kementeriannya tidak akan berdiam diri melihat ancaman terhadap produksi pangan di salah satu daerah paling strategis di Indonesia.
Dalam konferensi pers di kantornya, Amran menyampaikan bahwa upaya penyelamatan lahan sawah telah menjadi prioritas. Menurutnya, persoalan ini tidak hanya menyangkut keberlangsungan pertanian di Bali, tetapi juga berdampak pada ketahanan pangan nasional. Bali meskipun tidak menjadi penyumbang produksi padi terbesar, tetap memiliki peran penting sebagai contoh daerah dengan sistem pertanian tradisional yang kuat.
Rencana Pertemuan Empat Mata dengan Nusron Wahid
Amran mengungkapkan bahwa ia akan segera melakukan pertemuan empat mata dengan Nusron Wahid. Pertemuan ini diharapkan dapat merumuskan strategi komprehensif dalam menangani alih fungsi lahan sawah produktif. Menurut Amran, persoalan ini harus dibahas secara detail dan tidak dapat diselesaikan hanya dengan kebijakan umum. Dibutuhkan langkah teknis, regulasi yang lebih ketat, serta sinergi lintas kementerian agar sawah Bali dapat dipertahankan dan dikelola secara berkelanjutan.
Ia menyatakan bahwa strategi khusus telah disiapkan dan siap dibicarakan bersama. Amran juga menambahkan bahwa setiap langkah yang diambil akan mempertimbangkan kepentingan masyarakat Bali, kebutuhan pangan nasional, dan tetap menjaga dinamika perkembangan ekonomi daerah.
Tantangan Terbesar: Pertumbuhan Pariwisata vs Ketahanan Pangan
Bali adalah salah satu provinsi dengan pertumbuhan pariwisata paling cepat di Indonesia. Penataan wilayah yang terus berkembang memicu permintaan terhadap lahan untuk pembangunan hotel, villa, restoran, dan sarana hiburan lainnya. Kondisi ini menciptakan dilema serius: kebutuhan pariwisata yang terus meningkat berbanding terbalik dengan upaya mempertahankan sawah yang menjadi sumber pangan dan identitas lokal.
Pertanian Bali memiliki keunikan tersendiri dengan adanya sistem Subak, yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. Sistem ini tidak hanya mengatur irigasi sawah, tetapi juga mencerminkan nilai budaya serta harmoni antara manusia dan alam. Alih fungsi sawah tidak hanya mengancam ketahanan pangan, tetapi juga dapat menghilangkan warisan budaya penting tersebut.
Data Alih Fungsi Sawah Meningkat
Berbagai laporan menunjukkan bahwa lahan sawah di Bali terus berkurang. Di beberapa kabupaten seperti Badung, Gianyar, dan Tabanan, alih fungsi lahan terjadi dengan cepat. Tingginya harga tanah mendorong petani menjual sawah mereka untuk kebutuhan pembangunan komersial. Tanpa regulasi yang kuat, kondisi ini diprediksi dapat memperburuk kondisi ketahanan pangan Bali dalam jangka panjang.
Nusron Wahid menilai bahwa situasi ini sudah berada pada titik darurat. Ia meminta agar pemerintah pusat dan daerah segera memperketat izin perubahan fungsi lahan serta mendorong pengawasan yang lebih efektif di tingkat kabupaten dan desa adat.
Langkah-Langkah Strategis yang Disiapkan Pemerintah
Amran menegaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah strategis untuk mencegah lahan sawah di Bali habis tergerus pembangunan. Beberapa rencana yang tengah disusun antara lain:
- Perlindungan sawah abadi, yaitu penetapan kawasan tertentu yang tidak boleh dialihfungsikan.
- Peningkatan produktivitas pertanian, sehingga petani memiliki pendapatan lebih baik dan tidak tergoda menjual lahannya.
- Kerja sama lintas kementerian, termasuk ATR/BPN, Kementerian PUPR, hingga pemerintah daerah.
- Pemberdayaan petani Bali, khususnya melalui penyuluhan, bantuan alat pertanian, hingga akses pupuk dan bibit unggul.
- Pengembangan pertanian modern, agar Bali tetap dapat memproduksi pangan secara maksimal meskipun wilayahnya terbatas.
Menurut Amran, strategi ini harus dibangun dengan pendekatan menyeluruh. Upaya penyelamatan sawah bukan hanya masalah teknis pertanian, tetapi juga berkaitan dengan tata ruang, budaya, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Harapan untuk Masa Depan Pertanian Bali
Pemerintah berharap langkah cepat ini dapat menjaga keberlangsungan sawah Bali. Semua pihak perlu bekerja sama, baik pemerintah, petani, desa adat, hingga pelaku pariwisata. Bali harus tetap menjadi pulau dengan keseimbangan harmonis antara alam, budaya, dan pembangunan.
Amran menutup pernyataannya dengan keyakinan bahwa dengan kolaborasi dan strategi yang tepat, Bali masih dapat mempertahankan lahan pertaniannya. Ia mengajak masyarakat untuk turut menjaga sawah sebagai bagian penting dari kehidupan dan identitas Bali.

Cek Juga Artikel Dari Platform ngobrol.online
