Saham Netflix Diprediksi Sideways, Pantau Level $1.200,50
baliutama – Saham Netflix Inc. (NFLX) diperkirakan akan bergerak sideways dalam beberapa pekan mendatang, setelah reli kuat yang terjadi sepanjang kuartal ketiga 2025. Para analis menilai investor kini mulai bersikap hati-hati menjelang rilis laporan keuangan kuartal IV serta dampak strategi harga baru yang diterapkan raksasa streaming tersebut.
Menurut data perdagangan di bursa NASDAQ, saham Netflix pada penutupan Senin (7/10) berada di kisaran USD 1.198,80 per lembar, turun tipis 0,4 persen dari sesi sebelumnya. Pergerakan terbatas itu dianggap sebagai fase konsolidasi setelah saham ini melonjak hampir 18 persen sejak Juli 2025.
1. Fase Konsolidasi Setelah Reli Panjang
Analis pasar modal dari Northbridge Analytics, Eleanor Simmons, menilai bahwa pergerakan sideways ini merupakan tanda pasar sedang mencari keseimbangan baru. “Secara teknikal, area USD 1.200,50 menjadi level penting yang perlu dipantau. Jika harga bertahan di atasnya, Netflix berpotensi melanjutkan tren naik menuju USD 1.250 dalam jangka pendek,” jelasnya.
Namun, jika tekanan jual meningkat dan harga menembus USD 1.180, peluang koreksi hingga USD 1.120 bisa terbuka. Menurut Simmons, volatilitas saham teknologi besar cenderung meningkat menjelang rilis laporan kinerja, terutama dengan ekspektasi yang tinggi terhadap pertumbuhan pelanggan global.
2. Strategi Harga Baru Jadi Faktor Penentu
Netflix sebelumnya mengumumkan penyesuaian harga langganan di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat. Langkah ini dinilai sebagai upaya menjaga margin laba di tengah meningkatnya biaya produksi konten orisinal dan persaingan ketat dari Disney+, Max, serta Amazon Prime Video.
“Kenaikan harga selalu menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi bisa memperkuat profit, tapi di sisi lain berisiko mendorong pelanggan mencari alternatif lain,” ujar Jonathan Kline, analis dari MarketScope Research.
3. Fokus Investor: Pertumbuhan Pelanggan dan Iklan
Investor kini menantikan laporan pelanggan Netflix setelah perusahaan memperluas layanan beriklan (ad-supported plan) di lebih dari 20 negara. Program ini mencatat pertumbuhan signifikan, dengan lebih dari 50 juta pengguna aktif bulanan.
Kline menambahkan, keberhasilan Netflix mengoptimalkan segmen iklan akan menjadi katalis penting bagi harga saham. “Jika pendapatan dari iklan bisa tumbuh dua digit pada kuartal ini, saham Netflix berpotensi keluar dari pola sideways menuju tren bullish baru,” katanya.
4. Perspektif Jangka Panjang Masih Positif
Meski jangka pendek diprediksi stagnan, analis tetap menilai prospek jangka panjang Netflix positif. Perusahaan terus memperkuat portofolio konten global dan memperluas produksi di Asia, termasuk Indonesia, Korea Selatan, dan India.
Beberapa proyek orisinal seperti “The Silk War” dan “Echoes of Seoul” dikabarkan siap tayang akhir tahun ini. Konten-konten lokal berkualitas tinggi diyakini akan memperluas basis pelanggan non-Amerika dan menambah diversifikasi pendapatan.
5. Rekomendasi Pasar: Tahan (Hold)
Dari 35 analis yang tercatat di Refinitiv, sebanyak 19 memberikan rekomendasi “Hold”, 10 menyarankan “Buy”, dan sisanya memilih “Underperform”. Target harga rata-rata berada di kisaran USD 1.235 per lembar, menandakan potensi kenaikan terbatas dari level saat ini.
Sementara itu, indikator teknikal jangka menengah menunjukkan sinyal netral. Relative Strength Index (RSI) berada di level 52, sementara Moving Average 50 hari dan 200 hari masih menunjukkan tren naik lemah.
“Netflix saat ini berada dalam fase menunggu katalis baru. Investor jangka pendek sebaiknya disiplin pada area support di USD 1.180, sedangkan investor jangka panjang masih dapat mempertahankan posisi,” tutup Simmons.
Dengan pasar global yang bergejolak dan ekspektasi ekonomi AS yang belum stabil, saham Netflix tampaknya akan tetap bergerak di kisaran sempit dalam waktu dekat — memantul antara USD 1.180 dan USD 1.240 hingga arah baru pasar terkonfirmasi.
